Tugas Individu Dosen Pembimbing
Ekonomi Moneter Salmiah, S.Pd.,M.Pd.E
JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
Disusun
oleh:
Ayu
Ningsih
11416203484
6 D Manajemen
MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN IPS EKONOMI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2017
JAWAB:
1.
Deman pull
inflation yaitu bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi meningkatkan permintaan terhadap
produksi menyebabkan harga barang meningkat. Jadi inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian
yang bersangkutan dalam situasi full
employment. Inflansi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubabahan pada tingkat
harga.
Inflasi ini terjadi sebagai akibat pengaruh permintaan yang
tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi.
Akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan, jika permintaan banyak
sementara penawaran tetap, harga akan naik. Jika hal ini berlangsung
secara terus-menerus, akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya
pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
Cost push inflaton yaitu
inflansi yang terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkn
harga produk-produk (output) yang dihasilkan juga ikut naik.
Keterangan gambar :
P =
harga D = permintaan
S =
penawaran Q = jumlah barang (output)
Inflasi ini disebabkan karena
kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau
biaya faktor produksi. Akibat naiknya biaya faktor produksi, dua hal yang
dapat dilakukan oleh produsen, yaitu langsung menaikkan harga produknya
dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena
penurunan jumlah produksi.
Gambar demand
pull inflation menunjukkan permintaan masyarakat akan barang-barang secara
keseluruhan (aggregate demand)
bertambah. Hal tersebut disebabkan karena uang baru atau karena kenaikan
permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor atau karena bertambahnya
pengeluaran untuk investasi pihak swasta karena kredit murah, maka kurva aggregate demand bergeser dari D1
ke D2 akibatnya harga naik dari P1 ke P2.
Gambar Cost
Push Inflation menunjukkan bahwa apabila ongkos produksi naik yang
disebabkan oleh karena kenaikan harga faktor-faktor produksi baik yang berasal
dari dalam negeri maupun yang diimpor dari luar negeri, maka kurva penawaran
masyarakat (aggregate supply)
bergeser dari S1 ke S2, sehingga harga naik dari P1
ke P2.
Dampak atau akibat dari kedua macam inflasi tersebut
dari segi kenaikan harga out put,
tidaklah berbeda tetapi dari segi volume output
(gross domestic product/ GDP)
riil terdapat perbedaan. Dalam hal demand
pull inflation biasanya ada kecenderungan output rill meningkat bersama-sama dengan kenaikan harga umumnya.
Sebaliknya dalam cost oush inflation biasanya
kenaikan harga barang-barang bersamaan dengan penurunan volume/omzet penjualan barang-barang. Dengan
perkataan lain terjadi kelesuan dunia usaha.
Perbedaan lainnya dari kedua proses inflasi tersebut
adalah demand pull inflation kenaikan
harga barang-barang akhir (final product/
output) mendahului kenaikan harga barang-barang input yaitu faktor-faktor produksi. Sebaliknya pada cost push inflation kenaikan harga
barang-barang input mendahului harga
barang-barang akhir.
2. Irving Fisher
menerjemahkan uang sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai alat transaksi
seperti uang logam ( emas dan perak ) dan semua jenis kertas yang dapat
digunakan dalam transaksi . Transaksi yang dimaksud adalah pertukaran barang /
jasa dan arus uang, jadi jika arus uang dan barang sesuai harga akan stabil
dengan asumsi jumlah uang yang beredar tetap.
Kesimpulan dari Irving Fisher bahwa semakin sedikit kebiasaan
masyarakat memegang uang, akan semakin cepat laju perederan uang dan sebaliknya
kesimpulan tersebut sesuai dengan kenayataan saat ini bahwa peredaran uang
sangat cepat karena masyarakat saat ini sangat jarang untuk uang yang lama. Hal
ini disebabkan oleh masyarakat yang sangat cepat membelanjakan uangnya dengan
barang atau jasa. Dengan demikian percepatan tersebut akan semakin meningkatkan
produksi barang atau jasa dalam perekonomian yang sesuai dengan jumlah uang
yang beredar, kecepatan peredaran uang juga didukung oleh masyarakat yang
banyak menyimpan uang di Bank dan mengganti uang untuk transaksi dengan cara
mengambil uang secukupnya di ATM atau cukup menunjukan kartu ATM, Kartu Kredit,
dan alat transaksi produk perbankan lainnya.
Dari teori yang disebutkan oleh irving fisher diatas maka implikasi dari
kebijakan pemerintah untuk menambah jumlah uang beredar adalah akan mengakibatkan kenaikan harga (inflansi),
karena masyarakat akan cenderung menggunkan uang mereka untuk memenuhi
kebutuhannya terhadap barang maupun jasa, dengan meningkatnya permintaan
terhadap barang dan jasa akan mempercepat lajunya peredaran uang dalam
masyarakat dan meningkatkan faktor-faktor biaya produksi seperti penggunaan
tenaga kerja. Dengan keadaan begini secara bersamaan akan
meningkatkan harga terhadap barang dan jasa.
3.
inflansi
cenderung akan menurunkan taraf kemakmuran segolong besar masyarakat.sebagian besar pelaku-pelaku
kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflansi
biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah
para pekerja. Oleh sebab itu upah rill para pekerja akan merosot
disebabkan oleh inflansi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan
besar masyarakat mengalami kemerosotn.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang
akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflansi tidak dapat dikendalikan.
Inflansi cenderung akan menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi dana akan
terus merusak pilar-pilar ekonomi. Disamping itu, inflansi mengurangi investasi
yang produtif, mengurangi ekspor dan menaikan impor dan keadaan ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi suatu negara.
4. a. Tujuan Kebijakan Moneter
Tujuan
akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro yang ingin
dicapai. Tujuan tersebut tidak sama dari satu negara dengan negara lainnya
serta tidak sama dari waktu ke waktu. Tujuan kebijakan moneter tidak
statis, namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan
perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan empat hal
yang menjadi tujuan dari kebijakan moneter, yaitu:
1. Pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan.
2. Kesempatan
kerja.
3. Kestabilan
harga.
4. Keseimbangan
neraca pembayaran.
Penjelasan lebih detail tujuan
moneter adalah sebagai berikut:
1.
Mengedarkan mata uang sebagai alat
pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.
2.
Mempertahankan keseimbangan antara
kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat harga.
3.
Distribusi likuiditas yang optimal
dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada berbagai sektor
ekonomi.
4.
Membantu pemerintah melaksanakan
kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui sumber penerimaan yang
normal.
5.
Menjaga kestabilan Ekonomi,artinya
pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan
jasa yang tersedia.
6.
Menjaga kestabilan Harga, Harga
suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan
jumlah uang yang tersedia di pasar.
7.
Meningkatkan kesempatan kerja, Pada
saat perekonomian stabil pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah
jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja
baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.
8.
Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja
Masyarakat. Dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar
negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
b. Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter dapat dilakukan melalui instrument-instrumen berikut:
1.
Cadangan wajib (reserve requirement)
Merupakan
ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah
alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari kewajiban
lancarnya. Semakin kecil persentasenya, semakin besar kemampuan bank
memanfaatkan reserve-nya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih
besar kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya, semakin besar persentasenya,
semakin berkurang kemampuan bank untuk memberikan pinjaman. Oleh karena itu,
pinjaman perbankan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah uang
beredar.
2. Operasi Pasar Terbuka (OPT)
Operasi pasar
terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank sentral. OPT
dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang, yang juga akan
mempengaruhi tingkat suku bunga.
3. Fasilitas Diskonto
Fasilitas
diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang
beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada bank. Dengan
menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank akan mengurangi
permintaan kredit dan bank sentral, yang akan mengurangi jumlah uang beredar.
Begitu pula sebaliknya.
4. Foreign Exchange Intervention
Merupakan
kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar atau likuiditas
di pasar uang melalui jual beli valuta asing atau cadangan devisa.
5. Moral Suasion
Imbauan ini
bersifat tidak mengikat, tetapi sebagai lembaga yang kredibel imbauan bank
sentral yang memiliki dampak cukup efektif dalam kebijakan moneter.
a. kebijakan yang sering
digunakan oleh bank sentral yaitu cadangan wajib, operasi pasar terbuka dan
kebijakan diskoto. Sedangkan yang jarang digunakana adalah foreign exchange
Intervention dan moral Suasion.
Politik diskoto (Politik uang
ketat): bank akan menaikkan suku bunga dengan
kebijakan ini akan membaut masyarakat tertarik untuk menyimpan uangnya ke bank sehingga jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi.
Politik pasar terbuka: bank sentral akan menjual obligasi atau surat berharga
ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat
berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar. sehingga jumlah uang beredar dapat
dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah
Peningkatan cash ratio: Menaikkan
cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat
dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar. Hal ini dilakukan karena lebih
gampang untuk dilaksanakan didunia perbankan.
5. a. Krisis moneter yang terjadi di
Indonesia sejak awal Juli 1997, di akhir tahun itu telah berubah menjadi krisis
ekonomi. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, menyebabkan
harga-harga naik drastis. Banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik yang
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Jumlah
pengangguran meningkat dan bahan-bahan sembako semakin langka.Krisis ini tetap
terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup
kuat dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia.
b. Dengan adanya banyak dampak yang disebabkan oleh krisis ini,
pemerintah menyusun strategi dengan mengeluarkan beberapa kebijakan untuk
permasalahan yang kiranya harus segera mendapat penanganan agar tidak
menimbulkan dampak yang seamakin parah. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
terutama adalah penyelesaian masalah inflasi dan pengangguran guna menstabilkan
keadaan perekonomian negara.
“Sebagai
konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus1997
terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dollar AS, dan membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistim managed
floating yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978”.
Untuk mengatasi inflasi tersebut,
kebijakaan pemerintah yang utama dilakukan saat itu adalah menstabilkaan
perekonomian dengan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing,
khususnya terhadap dolar Amerika. Selain kebijakan memperkuat nilai tukar
rupiah, untuk menekan laju inflasi pemerintah memanfatkan suku bunga dengan
harapan jumlah uang yang beredar di masyarakat bisa segera dikendalian. “Tight
money policy yang dilakukan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga SBI
(melalui open market mechanism)
sangat tinggi, pada satu sisi akan efektif untuk mengurangi money
suplly”.
Adapun setelah tahun 1998 pemerintah
mengambil kebijakan moneter yang
diarahkan padapenciptaan stabilitas harga dengan target base money (inflation
targeting lite).
Sedangkan untuk mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan oleh krisis
di bidang sosial masyarakat khususnya penganguran, pemerintah memberikan
perhatian yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan dampak dari banyaknya
pengangguran dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga beberapa
tahun kedepan.
“untuk mengurangi
dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok penduduk berpendapatan
rendah dikembangkannya jaring pengaman sosial yang meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan harga
terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan pada tingkat sebelum krisis serta penanganan
pengangguran dalam upaya mempertahankan daya beli kelompok masyarakat
berpendapatan rendah”
Banyak cara yang dilakukan
pemerintah untuk merespon adanya pengangguran tersebut.“Kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang pekerjaan
sebelumnya bagi penganggur korban krisis telah direspons dengan berbagai cara,
baik oleh individu penganggur maupun masyarakat. Upaya-upaya yang dilakukan
pada umumnya mengarah pada pemanfaatan potensi wilayah dan akses peluang kerja
yang ada di sekitar lokasi kajian, tetapi strategi yang dilakukan tampak jelas
berbeda antara penganggur berpendidikan tinggi dan yang kurang berpendidikan.
6.
a. Kebutuhan
manusia akan barang dan jasa yang
semakin bertambah dan beragam tidak dapat terpenuhi melalui cara tukar-menukar
secara barter. Guna mempermudah dalam mendapatkan barang dan jasa yang
diperlukan, manusia memerlukan alat pembayaran yang dapat diterima semua orang
yaitu uang.
b. Dijadikan uang dunia karena Dollar memiliki nilai yang stabil
dibandingkan nilai mata uang lainnya. Selain itu kegiatan ekonomi di Amerika
serikat juga mendukung kuatnya nilai Dollar melalui faktor-faktor produksi
terhadap barang maupun jasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar